Cobaan vs Kelancaran
Senin ,25 september 2017
Aku bangun sedikit terlambat karena aku tidur terlalu malam,
Kemarin aku memainkan laptop ku. Aku ingin memasang suatu aplikasi untuk
berkomunikasi dengan kawan- kawanyang disebut WA. HPku baru saja hilang
beberapa hari yang lalu, sedangkan kebanyakan informasi yang tersebar
hanya melalui WA. Aku tidak mau ketinggalan informasi lagi, karena itu
aku bergadang.
Aku sedikit terlambat. teman teman ku sedang membaca al-qur'an saat aku
tiba di depan kelas. biasanya aku akan duduk berdekatan dengan teman teman ku
tapi karena tidak ada kursi kosong di sana, Aku memutuskan untuk duduk di dekat
pintu.
Aku melihat satu ayat Al-Qur'an yang lumayan panjang.
Sempat memikirkan , jika saja aku dapat giliran membaca ayat itu,
berarti aku adalah manusia yang sangat sial atau sangat beruntung
mengingat tentang manfaat membaca ayat qur'an itu baik.
Ternyata, tiba giliran ku untuk membaca, aku sangat terkejut karena
aku benar-benar dapat giliran membaca ayat Qur'an yang benar benar panjang tadi.
Sampai sekarang aku tidak mendapat jawaban yang aku inginkan.
Entah kenapa dihari itu , aku merasa tidak bersemangat seperti biasanya,
Aku merasa lebih tenang dan hati hati, setelah kupikir pikir, apakah ini
efek dari tidur kemalaman kemarin?... haha yang jelas itu membuat ku lebih nyaman.
Tapi tidak lama kemudian, guruku meminta kami mengumpulkan tugas yang telah
diberikan. aku baru sadar kalau hari itu ada PR, spontan aku menemui
gurunya dan meminta izin untuk mengumpulkan tugas itu di pertemuan berikutnya
dengan perasaan tidak enak dan ragu-ragu. Aku memberanikan diriku maju
kedepan dan memberitahu sang guru tentang hal itu. Guruku tersenyum kecewa
dan berkata ''Yasudah,kumpulkan besok saya ya''. Rasa menyesal tentu ada
tapi lebih dari itu semua, rasa syukur atas kelancaran yang diberikan-NYA
dalam masalah yang aku hadapi yang aku rasakan.
Dijam pelajaran berikutnya, waktunya seseorang untuk presentasi. rasanya seperti
jam kosong untuk ku. Jujursaja, aku sedikit tidak puas dengan presentasi temanku
karena penguasaan konsep mereka sedikit kurang dan suaranya tidak jelas sehingga
aku bilang ke teman sebelahku.
''Sepertinya kita perlu patungan untuk membeli mikrofon'' kataku
''Yang ada kabelnya atau tidak?'' balasnya
Lalu kita sedikit berbincang sendiri sampai guru pembimbing berkata dengan nada
menggertak.
''Jangan ngomong sendiri, hargai Temanmu'' katanya
Aku terkejut dan diam karena aku merasa bersalah, lalu kuperhatikan mereka yang
presentasi lagi. Dalam hatiku, aku tau apa yang aku lakukan itu salah tapi aku
terlalu bodoh untuk mau melakukan kesalahan itu.
Kemudian, giliran sang guru untuk menjelaskan materi pelajaran. Ia menjelaskan dengan
sangat serius, padat, jelas, dan cepat. walaupun sedikit-banyak kata-kata yang terdengar
baru, aku masih bisa memahaminya. Disaat sang Guru melontarkan suatu kata yang seisi
kelas diam karenanya, sang guru bertanya ''apakah kalian tahu artinya?''
aku reflek menjawab pertanyaan sang guru, walau dengan 1 kata dan suara yang pelan.
Sang guru berkata '' Pintar '' sambil menoleh ke arah ku yang sedang duduk di
depan tapi ia tak melihat ku. Rasa puas yang seharusnya ku rasakan tertutupi oleh rasa
bersalah yang sebelumnya aku lakukan. Walau setelah itu sang guru bertanya tentang siapa
yang berhasil menjawab dan aku mengacungkan tangan. Tetap, rasa bahagia itu tidak muncul.
Saat kelas selesai, aku membahas dan membagi tugas kelompok untuk minggu depan
setelah itu aku mengikuti teman teman ke kos an mereka. kami berbincang bincang
cukup banyak hingga salah seorang teman ku tertidur, saat itulah aku memutuskan
untuk pulang untuk mencuci pakaian. jujursaja itu pertama kalinya aku
mampit ke kosannya temanku , aku tidak terlalu hafal jalan kembali,
jadi aku tanya orang orang sekitar tentang lokasi kosan ku.
''Perasaan aku pernah nyasar ke sini bersama kakak ku '' aku pikir ,saat
Aku melewati sebuah jalan yang sedikit familiar, ternyata benar, aku tersesat.
Padahal di perjalanan tadi, aku bertanya tentang alamat tempat yang aku tinggali
dan jawaban yang aku dapat membenarkan jalan yang aku lewati. sedikit kecewa ku
rasakan.
'' Jadi orang orang hanya bilang 'iya-iya saja' tanpa tau faktanya '' pikirku
Aku pun mempercepat langkahku, hingga di suatu jalan, kulihat seorang penjual
kaki lima dan seorang bapak-bapak yang sedang mengobrol. dengan suara lemas
kutanyai mereka tentang jalan pulangku. Syukurlah, si bapak mau menolong ku.
Disaat perjalanan pulang, baru kusadari kalau aku tersesat lumayan jauh.
Di sore hari, aku berangkat memasuki kelas berikutnya. Rasa kantuk yang
membelenggu tidak menyurutkan niat ku untuk berangkat. Sesampainya di depan
kelas, aku melihat teman-teman yang masih santai menikmati suasana. Mungkin
karena Sang guru belum datang. salah seorang temanku memberi tahuku atas
sebuah acara ulangtahun yang akan dilaksanakan setelah kelas berakhir.
Sayangnya aku tidak membawa sepeda motor, jadi aku terpaksa harus mencari
tebengan.
Dengan santai ku tanggapi itu,sampai salah seorang temanku meminta untuk
diajari akan suatu pelajaran. Akupun mengajarinya sebisaku. Beberapa menit
setelahnya, Sang guru pun tak kunjung datang. Semuanya memutuskan untuk
melaksanakan acara ulang tahun yang diadakan di rumah si korban. Aku pun
mempercepat cara menjelaskan materi pelajaran ke temanku dan bergegas menyusul
teman-teman. Sebelumnya ,si korban menawariku untuk berangkat bersama ,
tapi ia tidak mau mengantar ku pulang. Tentu aku berfikir 2x akan hal itu.
Untungnya teman ku yang lain mau untuk mengantar ku kesana. tapi ternyata
teman-teman yang lain tanpa basa-basi telah meninggalkan kami. Karena ia
tidak mau ambil pusing, kami bersepakat tidak hadir dalam acara tersebut lalu
ia langsung mengantar ku pulang.
Malam harinya, giliranku untuk membeli lauk makan. Aku berjalan ke toko biasanya,
ternyata tutup. aku melanjutkan jalan lebih jauh tapi yang aku temukan hanyalah
kedai minum. ''Dimana semua penjual makanan? biasanya disini ramai'' pikirku.
Setelah terasa berjalan lumayan jauh tapi tidak menemukan apa yang aku cari.
Aku memutuskan untuk kembali dan mengambil jalan yang berlawanan. Ternyata, tidak
jauh dari jalan yang berlawanan (dekat tempat yang aku tinggali tersebut) ada
banyak kedai makanan. ''Tau gini aku jalan kesini saja dari tadi -_-'' pikirku.
Hatiku berkata,''jangan beli di toko pertama''. Hanya sebuah pemikiran acak yang
tiba-tuba muncul,jadi aku menghiraukannya. setelah menunggu cukup lama akhirnya
sang penjual menanyaiku, ''Mau beli apa?''
lantas ku jawab ''beli lauknya saja boleh pak?''
Dengan halus ku ditolak dan diberitahu warung mana yg boleh beli lauk saja.
Berjalan ku ke warung yang tersebut. Hampir saja pemikiran negatif ku datang lagi,
tapi langsung kuucap ''sudahlah, kali ini lancar'' untuk meredam dan menghilangkan pemikiran tersebut. Akhirnya, aku bisa membeli lauk yang ku inginkan walau harus menunggu cukup lama.
Sesampaiku di kamar, seorang teman ku berkata,'' wah barusaja kita makan '' . Kutanggapi pernyataan itu dengan senyum yang dingin dan ku berkata,'' Bah, makan lagi sini, udah dibeliin kok'' . Kupaksa
mereka untuk makan lagi bersamaku. Aku gak mau perjuangan ku sia-sia :U.
Kesimpulan:
Segalanya akan berjalan sesuai dengan apa yang kita rasakan.
Awali harimu dengan berfikiran positif dan optimis.
Walau nanti akan ada masalah yang menanti, yakinlah bahwa semuanya akan berjalan lancar.
Mengucapkan sesuatu yang baik berulangkali mungkin bisa untuk meredam pemikiran negatifmu.
Jika masih gelisah ya tidur saja :D.
Story by: Me
*Ketik kritik dan saran di kolom komentar saja :)
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih atas kritik dan sarannya